2. Purse Seine
Definisi Purse Seine
Purse
Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan
cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang
tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip
menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan
ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan
demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan
memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan
akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding
penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Di Jepang purse seine dapat dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1)
One Boat Horse Sardine Purse Seine
2)
Two Boat Sardine Purse Seine
3)
One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4)
Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
5)
One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6)
Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam macam purse seine di
atas no (2), (3), (5) merupakan purse seine yang banyak digunakan.
Dalam
paper ini akan dibahas purse seine dengan menggunakan 1 kapal.
2.
Sejarah
Purse Seine
Purse
seine, pertama kali diperkenalkan di pantai uatara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada
tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk.
Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 /
1974) dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar
sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha
yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine
ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi)
tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
3.
Prospektif
Purse Seine
Pentingnya
pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk
pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang
jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka
dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40
orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran
penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat,
bentong, dan lain-lain). Hasil tangkapan terutama lemuru, kembung, slengseng,
cumi-cumi.
4.
Karakteristik
Dengan
menggunakan one boat sistem cara operasi menjadi lebih mudah. Pada operasi
malam hari lebih mungkin menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan pada one boat
sistem. Dengan one boat sistem memungkinkan pemakaian kapal lebih besar, dengan
demikian area operasi menjadi lebih luas dan HP akan lebih besar, yang
menyebabkan kecepatan melingkari gerombolan ikan juga akan lebih besar. Oleh
sebab itu dapat dikatakan tipe one boat akan lebih ekonomis dan efisien jika
kapal mekaniser, karena dengan menggunakan sistem mekaniser pekerjaan menarik
jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan dll pekerjaan di dek menjadi lebih
mudah.
5.
Bahan
dan Spesifikasinya
A.
Bagian
jaring
Nama
bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah”
dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
·
jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
·
jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6
#1”
·
jaring kantong, #3/4”
srampatan
(selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk
memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring.
Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge)
dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang
sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
B.
Tali
temali
·
tali pelampung.
Bahan
PE Ø 10mm, panjang 420m.
·
tali ris atas.
Bahan
PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
·
tali ris bawah.
Bahan
PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
·
tali pemberat.
Bahan
PE Ø 10mm, panjang 450m.
·
tali kolor bahan.
Bahan
kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
·
tali slambar
bahan
PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
C.
Pelampung
Ada
2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50
dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di
tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat
dibanding dengan bagian pinggir.
D.
Pemberat
Terbuat
dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
E.
Cincin
Terbuat
dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan
seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin
ini dilakukan tali kolor (purse line).
6.
Hasil
Tangkapan
Ikan
yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang
“Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk
shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah
diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan
dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga
dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin.
Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring
(panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis
ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya
adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru
(Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi dll.
7.
Daerah
Penangkapan
Purse seine dapat
digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1)
A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2)
Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3)
Kondisi laut bagus
Purse
seine banyak digunakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan
pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).
8.
Alat
Bantu Penangkapan
1.
Lampu
Fungsi
lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian
dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti
purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor),
petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha
penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan
itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab
adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan
yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya
(phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal /
sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
2.
Rumpon
Rumpon
merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam)
di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat
komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor
(pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon
umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan
rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung
pemberat yang digunakan.
Dalam
praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa
setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan,
rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu
penggerak (skoci, jukung, canoes)
Untuk
rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga
untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan”
(jatim) atau “leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur
begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan
atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan
menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui
pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan
rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau
mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air.
Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah
beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara
itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu
dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring
pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di
depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam
air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara
yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di
depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di
halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.
9.
Teknik
Penangkapan (Sitting dan Moulting)
Pada
umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada
juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai
berikut :
a)
Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat
dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna
permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air,
ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan
ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara
yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar
permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada
dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam
disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut.
Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu
operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun
jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
b)
Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut
dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui
depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini
tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda
tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat
phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
c)
Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction,
swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan
pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas
diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan
cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak,
baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang
dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah
keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha
melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih
besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang
ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan
diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal
dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah
selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring
akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan
supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang
dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan
jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat
tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri.
Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain
sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh
jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
10.
Hal-hal
yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1. Kecerahan Perairan
Transparasi
air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika
kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di
dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap)
oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi
efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.
2. Adanya gelombang
Angin
dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan
lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang
semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan
akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar
gelombang makin besar pula flickering lightnyadan makin besar hilangnya
efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi
lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan
lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi
reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.
3.
Sinar Bulan
Pada
waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu
(ligth fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan
lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke dalam air.
4.
Musim
Untuk
daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan
yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan
arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun
setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
5.
Ikan dan Binatang Buas
Walaupun
semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay lampu, namun umumnya lebih
didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya
berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular
laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan
ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu
(menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai
beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.
6.
Panjang
dan Kedalaman Jaring
Untuk
purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak
terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak
bergerak terlalu menyebar . jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan
ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah lampu.
7. Kecepatan kapal pada waktu
melingkari gerombolan ikan
Jika
kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera terkepung.
8. Kecepatan Menarik Purse Line
Purse
line harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Au.
Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN. Cetakan Pertama. Penerbit :Yayasan Dewi Sri.
IPB. Bogor.
Waluyo
Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN UDANG LAUT DI INDONESIA.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar